Senin, 26 Mei 2014

Rencana vs Aktual

Setiap kita tentu sering memiliki rencana tertentu. Baik itu dalam pendidikan, karir, jodoh atau keluarga. Namun kadang kita terlupa bahwa sebenarnya kita ini sedang menjalani sebuah Masterplan yang sudah tertulis sejak lebih dari 50 ribu tahun sebelum kita diciptakan. Yang menjadi pembeda bukanlah jalan hidup masing-masing kita. Namun respon kita terhadap ketetapan yang sudah digariskan itulah yang sebenarnya menjadi tolok ukur keutamaan seorang hamba. 
Kalau kemudian apa yang kita rencanakan selalu terwujud sesuai kehendak kita, lalu apa lagi yang menjadi tantangan kita hidup di dunia ini? Apa artinya ada surga dan neraka? Lalu, jika semua pinta kita dikabulkan saat ini juga, apakah kita mampu untuk mensyukuri setiap tetes nikmat Allah tersebut? Apakah keterkabulan do'a dapat menjamin akan menambah tingkat ketakwaan seorang hamba? Belum tentu.
Sesungguhnya terkabul atau belum terkabulnya sebuah do'a adalah sama-sama merupakan ujian bagi kita. Saat do'o-do'a kita dikabulkan, rencana-rencana kita berhasil diwujudkan, Allah menguji rasa syukur kita. Apakah respon kita terhadap nikmat tersebut, itu yang ingin dilihat Allah.
Lalu, saat rencana-rencana kita tidak berjalan seperti apa yang kita harapkan, jangan buru-buru untuk berkecil hati. Saat rencana tidak berbanding lurus dengan kejadian aktual yang kita alami, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Itulah saat dimana kita dituntut belajar karena ujian kenaikan derajat kita sudah ada di depan mata.
Untuk membesarkan kembali hati kita, saya akan menjelaskan beberapa pelajaran positif dari sebuah rencanna yang tidak sesuai dengan aktualitas: 
1. Ujian hamba adalah keniscayaan.
Seperti firman Allah, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji lagi?" (Al-Ankabut: 2 ). 
Jadi, ujian itu adalah salah satu syarat bagi orang yang beriman.
2. Praktek sabar. 
Banyak dari kita mengaku sabar. Tapi, saat rencana kita tidak berjalan lancar, seringkali kita tidak mampu mengontrol emosi. Padahal Allah sudah menjanjikan pahala tanpa batas bagi orang yang mampu bersabar terhadap ketetapan-Nya. Sudah pernah membayangkan pahala tanpa batas? Pahala yang tidak terhitung? Nah, itulah pahala dari bersabar. 
3. Penggugur dosa. 
Dosa bisa menghalangi do'a seorang hamba dari keterkabulan. Nah, ujian apapun yang menimpa seorang mukmin, akan menghapuskan dosa yang telah dilakukannya. Tidak hanya dosa saja yang terhapus, untuk setiap kesakitan yang kita rasakan dari sebuah ujian, walau tertusuk duri sekalipun, akan ditambahkan satu derajat bagi kita. Jadi, selama kita menjalani ujian, dosa kita berkurang, derajat kita bertambah, juga semakin dekat dengan keterkabulan do'a kita. Subhanallah. 
4. Ujian adalah rahmat Allah. 
Perlu kita pahami bahwa tersimpan begitu banyak rahmat dibalik setiap ujian yang kita alami. Namun, rahmat tersebut baru akan kita rasakan di akhir dari ujian tersebut. Tugas kita adalah tetap meyakini bahwa ketetapan Allah adalah Masterplan terbaik bagi kita. Jika kita mampu memahami bahwa ujian adalah rahmat Allah bagi kita mulai sejak awal datangnya ujian tersebut, sungguh itu adalah sebuah anugerah besar bagi kita. 

Masih banyak penjelasan yang bisa disingkap di balik ketidaksesuaian antara rencana kita dengan aktualitas yang terjadi. Sedikit yang saya jelaskan semoga mampu meneguhkan iman kita bahwa segala yang terjadi pada kita merupakan jalan terbaik bagi kita. Jalan kita menuju surga-Nya.
Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar