Abdullah bin 'Amr bin 'Ash ra. meriwayatkan, "Ketika kami tengah berada di sekeliling Nabi Muhammad saw., tiba-tiba disebutkan tentang suatu fitnah."
Lalu, beliau saw. bersabda,
"Apabila kalian melihat manusia telah merusak janjinya, meremehkan amanah, saling bertikai satu sama lain menjadi seperti ini (sambil beliau merangkai jemarinya)."
Kemudian aku bertanya, "Lalu, apa yang harus kita perbuat pada saat itu?"
Beliau saw. menjawab,
"Tetaplah tinggal di rumahmu dan kendalikan lidahmu. Ambillah apa yang engkau tahu dan tinggalkan apa yang hatimu menolaknya. Juga hendaknya engkau memperhatikan urusan pribadimu dan tinggalkan urusan masyarakat umum darimu."
Nabi Muhammad saw. juga bersabda kepada Al-Harits bin 'Umairah ra.,
"Jika engkau diberi umur panjang, maka akan datang kepadamu suatu masa yang padanya banyak orang yang ahli berpidato, namun sedikit yang 'alim, banyak meminta dan sedikit memberi. Pada saat itu, hawa nafsu menjadi pemimpin bagi ilmu."
Al-Harits bertanya, "Kapan hal itu terjadi?"
Beliau saw. menjawab,
"Apabila shalat telah ditinggalkan, berbagai ragam uang sogokan (pelicin) telah diterima dan agama dijual dengan murah. Jika engkau menemui yang seperti itu, maka carilah keselamatan, carilah keselamatan. Jika tidak, maka celakalah engkau."
Semua yang disebutkan di dalam riwayat dari Nabi saw. tersebut, kini telah kita lihat sendiri. Hal-hal tersebut terjadi pada zaman sekarang.
Keselamatan yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw. salah satunya terdapat pada ber'uzlah. 'Uzlah adalah kegiatan menjaga diri dari masyarakat.
'Uzlah di masa kini menjadi hal yang mendesak bagi para ahli ibadah. Ini dikarenakan, apabila seorang ahli ibadah terus-menerus berada dalam lingkaran masyarakat yang disebutkan pada riwayat sebelumnya, dikhawatirkan akan membahayakan jalan para ahli ibadah tersebut.
Ada 2 hal yang mendukung sikap menjaga diri dari masyarakat:
1. Manusia dengan sifat-sifat buruk dalam riwayat tersebut akan membuat seorang ahli ibadah sibuk dan berpaling dari ibadahnya.
Sufyan Ats-Tsauri rh. berkata, "Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain-Nya, telah tiba waktunya melakukan 'uzlah pada masa ini."
Sufyan Ats-Tsauri juga pernah menulis surat kepada 'Abbad Al-Khawwash,
"'Amma ba'du, sesungguhnya engkau telah berada pada masa dimana para sahabat Rasulullah saw. meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala ketika akan menjumpainya, seperti yang telah sampai beritanya kepada kami. Padahal, kita tidak ada apa-apanya dibanding mereka dalam soal ilmu, kesabaran dan bekerjasama dalam kebenaran dan kebaikan. Kejahatan semakin tinggi di masa kita ini dan akhlah manusia semakin rusak."
Umar bin Khaththab ra. pernah berkata, "'Uzlah itu membebaskan diri kita dari orang-orang jahat."
Selanjutnya, ulama-ulama terdahulu lainnya juga menekankan pentingnya ber'uzlah pada masa kini.
Fudhail bin Ayaz rh. mengatakan, "Ini adalah zaman dimana engkau seharusnya menjaga lidahmu dan merahasiakan tempatmu, mengobati ha hatimu, mengambil apa yang engkau ketahui serta meninggalkan apa yang tidak engkau sukai."
Daud Ath-Tha'i berpesan, "Bisukan dirimu dari dunia dan jadikan akhirat sebagai makananmu. Berlarilah dari manusia, sebagaimana engkau berlari dari harimau."
Sedangkan, Abi 'Ubaidah rh. menuturkan, "Aku tidak bertemu dengan seorang bijak bestari, melainkan pada akhir perkataannya ia berpesan kepadaku, 'Jika engkau senang tidak dikenal oleh manusia, maka engkau akan dipedulikan oleh Allah Ta'ala."
2. Manusia itu bisa merusak ibadah yang telah kita lakukan. Mereka bisa membuat kita menjadi riya' dan bermegah-megahan.
Yahya bin Mu'adz rh. mengatakan, "Pandangan manusia itu merupakan hamparan menuju riya'."
Seseorang pernah memberi saran kepada Sulaiman Al-Khawwash rh. untuk menemui Ibrahim bin Adham rh. yang datang di kotanya. Tapi, Al-Khawwash menjawab, "Aku lebih suka bertemu dengan setan jahat daripada bertemu dengannya. Aku takut jika bertemu dengannya, maka aku akan riya' dan membaik-baikkan sikapku kepadanya. Sementara kalau bertemu dengan setan, pasti aku akan melindungi diri dari godaannya dan aku tak peduli dengan penampilanku."
Inikah keadaan orang-orang yang zuhud dan orang-orang yang melatih jiwanya (riyadhah) dalam pertemuan-pertemuan mereka.
Hendaknya kita menyadari bahwa zawan telah mengalami kerusakan parah dan manusia telah menjadi ancaman yang sangat besar. Mereka sanggup menyibukkan kita dari beribadah kepada Allah Ta'ala. Mereka juga berpotensi merusak apa yang telah kita hasilkan.
Lalu, bagaimana penjelasan dari ber'uzlah yang sesuai dijalankan pada masa kini?
Dalam masalah 'uzlah ini, manusia terbagi dalam dua kelompok:
1. Orang yang memiliki ilmu agama dan hikmah
Bagi orang seperti ini, yang lebih utama adalah menjaga jarak dengan manusia lainnya. Pengecualian hanya pada waktu shalat berjama'ah, berhaji, majelis ilmu, mencari nafkah keluarga dan kegiatan dalam rangka keagamaan lainnya. Selain itu, sebaiknya ia menjaga jarak dari berkumpul dengan manusia, agar tidak terpeleset ke dalam kegiatan yang tidak bermanfaat.
2. Orang yang berilmu yang dibutuhkan manusia untuk mengajarkan urusan agama
Orang seperti ini tidak diperkenankan untuk ber'uzlah. Ia justru harus berada di tengah-tengah umat sebagai pemberi nasehat, menjadi pembela agama Allah dan menjelaskan hukum-hukum-Nya.
Rasulullah saw. bersabda,
"Apabila bid'ah telah nyata dan orang 'alim mendiamkannya, maka ia mendapat laknat Allah (atas sikap diamnya itu)."
Dalam bergaul dengan sesama manusia, seorang ahli ibadah dan ahli ilmu mesti memiliki 2 hal penting:
A. Memiliki tingkat kesabaran dan kesantunan yang tinggi, pandangan yang cermat dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala
B. Fleksibel dalam bergaul
Secara maknawi bisa saja menjaga jarak dari manusia, tapi secara ragawi tetap berada bersama mereka. Jika diajak bicara, maka bicaralah dengan mereka. Jika mereka berada dalam kebenaran serta kebaikan, maka hendaknya ia membantu mereka. Jika mereka berpaling kepada hal-hal yang tidak berguna dan buruk, maka hendaknya ia tidak larut dengan mereka. Ia bisa juga membantah mereka dan memberi peringatan kepada mereka.
Hendaknya, ia melaksanakan semua hak seorang muslim pada muslim lainnya, seperti menziarahi, menjenguk bila sakit dan membantu kebutuhan sesamanya.
Di samping itu, secara bersamaan, ia juga harus memperbaiki dirinya sendiri secara khusus serta rajin menegakkan ibadah-ibadah sunnah yang lainnya.
Umar bin Khattab ra. mengatakan, "Jika aku tidur di malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Dan jika aku tidur di siang hari, berarti menyia-nyiakan rakyatku. Maka bagaimana aku akan tidur di antara keduanya?"
Jadi, orang dalam kategori kedua ini tetap perlu berada di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi, hatinya tetap waspada terhadap mereka.
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, "Berbaurlah dengan manusia, tapi jangan buang imanmu."
Waktunya akan tiba, dimana fitnah telah bermunculan, berbenturan satu dengan lainnya. Masyarakat tenggelam dalam kerusakan dan para pemimpin telah meninggalkan agama dan tak memperhatikan urusan umat, baik kebutuhan mereka maupun melindungi keselamatan mereka. Mereka tak lagi memedulikan ulama, tidak peduli pada kemajuan masyarakat dan menjadikan agama sebagai barang mainan. Itulah alasan untuk ber'uzlah. Dikhawatirkan jika kita tidak mampu menjaga diri, kita akan terhanyut dalam gelombang kehancuran.
Inilah penjelasan tentang 'uzlah atau menjaga diri dari masyarakat. Semoga kita bisa memahami maknanya secara tepat. Hanya kepada Allah-lah kita memohon bimbingan.