Beberapa saat yang lalu, gugusan hari-hari yang agung nan
suci bernama Ramadhan menyapa kita. Sebagian dari kita mendatanginya lalu
berjalan dengannya sepenuh hati. Sementara yang lainnya tidak terlalu ambil
pusing dengan kedatangannya. Bagi mereka yang mengkhidmati bulan Ramadhan, akan
menyadari bahwa ini adalah kesempatan besar untuk mengisi penuh tangki iman mereka.
Dalam benak mereka, Ramadhan adalah sebuah perjalanan suci dalam rangka
membekali diri untuk menempuh perjalanan panjang sebelas bulan selanjutnya.
Ya, hidup kita di dunia ini adalah rangkaian perjalanan yang
terdiri dari bagian-bagian perjalanan yang lebih sederhana dan lebih sederhana
lagi. Perjalanan detik menuju menit, bayi yang terus bertambah umurnya,
kesempitan kepada kelapangan, sakit menjadi sehat, lalai kemudian ingat atau
hidup lalu mati. Satu hal yang pasti dalam perjalanan-perjalanan itu adalah
tidak ada keabadian di dalamnya. Kita tak pernah tahu kapan keadaan yang sedang
kita alami saat ini akan berganti rupa. Yang jelas, kita semua sedang menempuh
sebuah perjalanan besar menuju perjalanan yang jauh lebih besar lagi.
Sudah jamak diketahui bahwa kehidupan di akhirat adalah
satu-satunya kehidupan yang kekal. Apakah kita sudah benar-benar paham makna
kekekalan itu? Kabar baiknya, kita tidak diminta untuk menemukan rumus besar
tentang kekekalan kehidupan akhirat. Kita hanya diminta untuk meyakininya. Jika
kekekalan itu juga terdiri dari unsur kenikmatan dan kepedihan, maka seharusnya
tanpa dikomando, dengan akal sehat kita, tentulah menginginkan kekekalan hidup
dalam kenikmatan.
Ramadhan hadir menyapa ke tengah-tengah umat dengan membuka
gudang-gudang besar perbekalan terbaik untuk menempuh sebuah perjalanan. Pahala
sebuah kebaikan dilipatgandakan dengan begitu besar. Gemblengan ketaatan
disuntikkan rutin selama sebulan. Sendi-sendi iman yang kering, mulai bersemi
memercikkan harumnya kepada sesama. Semua ini seolah pertanda bahwa perjalanan
sebelas bulan ke depan tak pernah semakin mudah untuk dilalui. Bagi mereka yang
memahami betul makna sebuah perjalanan, pastilah akan menyusun bekal-bekal
terbaik untuk menempuhnya. Dan, sebaik-baik bekal dalam sebuah perjalanan adalah
ketakwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar