Minggu, 26 Juli 2015

Perjalanan



Beberapa saat yang lalu, gugusan hari-hari yang agung nan suci bernama Ramadhan menyapa kita. Sebagian dari kita mendatanginya lalu berjalan dengannya sepenuh hati. Sementara yang lainnya tidak terlalu ambil pusing dengan kedatangannya. Bagi mereka yang mengkhidmati bulan Ramadhan, akan menyadari bahwa ini adalah kesempatan besar untuk mengisi penuh tangki iman mereka. Dalam benak mereka, Ramadhan adalah sebuah perjalanan suci dalam rangka membekali diri untuk menempuh perjalanan panjang sebelas bulan selanjutnya.

Ya, hidup kita di dunia ini adalah rangkaian perjalanan yang terdiri dari bagian-bagian perjalanan yang lebih sederhana dan lebih sederhana lagi. Perjalanan detik menuju menit, bayi yang terus bertambah umurnya, kesempitan kepada kelapangan, sakit menjadi sehat, lalai kemudian ingat atau hidup lalu mati. Satu hal yang pasti dalam perjalanan-perjalanan itu adalah tidak ada keabadian di dalamnya. Kita tak pernah tahu kapan keadaan yang sedang kita alami saat ini akan berganti rupa. Yang jelas, kita semua sedang menempuh sebuah perjalanan besar menuju perjalanan yang jauh lebih besar lagi.

Sudah jamak diketahui bahwa kehidupan di akhirat adalah satu-satunya kehidupan yang kekal. Apakah kita sudah benar-benar paham makna kekekalan itu? Kabar baiknya, kita tidak diminta untuk menemukan rumus besar tentang kekekalan kehidupan akhirat. Kita hanya diminta untuk meyakininya. Jika kekekalan itu juga terdiri dari unsur kenikmatan dan kepedihan, maka seharusnya tanpa dikomando, dengan akal sehat kita, tentulah menginginkan kekekalan hidup dalam kenikmatan.  
Ramadhan hadir menyapa ke tengah-tengah umat dengan membuka gudang-gudang besar perbekalan terbaik untuk menempuh sebuah perjalanan. Pahala sebuah kebaikan dilipatgandakan dengan begitu besar. Gemblengan ketaatan disuntikkan rutin selama sebulan. Sendi-sendi iman yang kering, mulai bersemi memercikkan harumnya kepada sesama. Semua ini seolah pertanda bahwa perjalanan sebelas bulan ke depan tak pernah semakin mudah untuk dilalui. Bagi mereka yang memahami betul makna sebuah perjalanan, pastilah akan menyusun bekal-bekal terbaik untuk menempuhnya. Dan, sebaik-baik bekal dalam sebuah perjalanan adalah ketakwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar