Selasa, 24 Februari 2015

Keadilan Ilahi yang Sempurna

Seseorang yang merenungkan secara seksama perbuatan-perbuatan Allah 'Azza wa Jalla niscaya melihatnya didasarkan pada keadilan. Ia akan menyaksikan hukuman adil disiapkan buat orang yang akan memperolehnya, sekalipun masih menunggu waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, seseorang yang belum memperoleh hukuman tak boleh terpedaya lantaran hukuman kadang memang tak langsung diberikan seketika.

Salah satu dosa terparah yang hukumannya telah disiapkan adalah terus-menerus mengerjakan dosa, lalu pelakunya diberi kemampuan untuk beristighfar. Lalu ia mendirikan sholat dan mengerjakan berbagai macam peribadatan sambil berprasangka bahwa amalan-amalannya ini akan memberinya manfaat.

Sedangkan makhluk Allah yang paling terpedaya adalah orang yang mengerjakan sesuatu yang dibenci Allah tetapi dia meminta kepada-Nya sesuatu yang disenanginya, seperti yang disebutkan dalam hadits,

"Orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya namun dia mengharapkan banyak hal dari Allah. "
(HR At-Tirmidzi 2459)

Salah satu perkara yang wajib diwaspadai seseorang yang berakal adalah datangnya hukuman. Sebaliknya, setiap orang yang mengerjakan suatu kebaikan atau meluruskan niat, kami persilakan menanti balasannya yang baik, meskipun ia tidak segera mendapatkannya,

"Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
(QS Yusuf: 90)

"Orang yang tidak mau mengarahkan pandangannya ke bagian-bagian tubuh wanita yang merangsang akan dibalas Allah dengan suatu kelezatan iman yang dirasakannya di hati."
(HR Ath-Thabrani 10362)

Oleh karena itu, hendaklah orang yang berakal mengetahui bahwa neraca keadilan tak bisa dicurangi.

2 komentar: