Jika pada kesempatan sebelumnya kita telah mempelajari tentang Kecerdasan Nabi Adam as sebagai seorang pembelajar, yang senantiasa menyempurnakan dirinya, kali ini kita akan mempelajari tentang Kecerdasan Nabi Nuh as sebagai Pemberi Peringatan.
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih."
(QS Nuh: 1)
Perbedaan kecerdasan kedua Nabi tersebut terletak pada orientasinya. Jika orientasi sang pembelajar adalah menyempurnakan dirinya, maka orientasi sang pemberi peringatan adalah menyempurnakan orang lain. Sang pemberi peringatan tentu berbeda dengan sang penceramah. Sang pemberi peringatan didorong oleh rasa kasih sayang, yang mengingatkan kaumnya karena ingin berbagi kebahagiaan, itulah sebabnya beliau tidak meminta upah. Sedangkan sang penceramah sering melupakan faktor kasih sayang ini dan lebih banyak mengedepankan rasa lebih tahunya. Bukan berarti semua penceramah bersifat demikian, masih banyak yang memiliki dorongan kasih sayang dalam menyampaikan ceramahnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita telisik sebagian kecerdasan Nabi Nuh as, sang Pemberi Peringatan:
1. Kemampuan untuk Membaca Karakter Masyarakatnya
Sebagai seorang pemberi peringatan yang penuh kasih sayang, tentu beliau memiliki kemampuan untuk mengenali setiap detail karakter kaumnya. Kecerdasan ini tersirat dalam kisah berikut,
* Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
* maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
* Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
(QS Nuh 5-7).
Kisah di atas bukanlah keluhan, melainkan sebuah deskripsi singkat dari Nabi Nuh terhadap karakter kaumnya. Tersirat bahwa saat Nabi Nuh as menyeru kepada kaumnya, beliau juga memperhatikan karakter psikologi dari kaumnya. Hal ini penting, karena tanpa memahami karakter kaum yang diseru, maka seorang pemberi peringatan akan mudah jatuh dalam kekecewaan dan kebingungan manakala seruannya tidak mendapatkan reaksi seperti yang dibayangkan. Untuk memahami karakter suatu kaum secara akurat, tentulah seorang pemberi peringatan memiliki rasa kasih sayang yang besar kepada kaumnya. Rasa kasih sayang yang membuat beliau menginginkan yang terbaik bagi kaumnya.
2. Kemampuan untuk Menyampaikan Nasehat Secara Baik
Kemampuan menyampaikan nasehat di sini berbeda dengan kemampuan menyusun nasehat. Cobalah simak uraian berikut,
* Malahan kaum Nuh itu berkata, "Dia cuma membuat-buat nasehatnya saja". Katakanlah, "Jika aku membuat-buat nasehat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat."
(QS Hud 35).
Nasehat-nasehat yang Nabi Nuh as berikan kepada kaumnya adalah nasehat yang akurat. Akurat karena berasal dari Allah dan bukan rekayasa. Nasehat yang lahir dari buah pemahaman karakter psikologi kaum Nabi Nuh as sendiri.
Nasehat yang baik haruslah disampaikan dengan baik pula. Perhatikanlah bagaimana kemampuan Nabi Nuh as dalam menyampaikan nasehatnya dengan halus dan indah,
* maka aku katakan kepada mereka, "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
* niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
* dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
* Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
* Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.
* Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?
* Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
* Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
* kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.
* Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
* supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu."
(QS Nuh 10-20).
Dalam nasehatnya, Nabi Nuh as ingin menyentuh hati kaumnya agar menyadari betapa banyaknya rahmat Allah Swt yang dianugerahkan kepada mereka.
Jika direfleksikan pada kehidupan kita, betapa Allah telah memberi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tanpa manusia memintanya. Namun kasih sayang Allah tidak mendapatkan balasan yang sesuai dari makhlukNya. Kita masih saja mengabaikan perintah dan larangan Allah. Padahal jika kita mau dan mampu bertaqwa kepada Allah, janji Allah tak akan pernah meleset. Tapi kita terkadang terlalu lucu dengan tidak meyakini janji Allah. Kita akan lebih tergerak jika ada orang yang menjanjikan kita uang 1 Milyar, jika kita mau mengikuti kemauannya.
(( Mengapa kita tidak percaya akan kebesaran Allah? ))
3. Kemampuan untuk Menghadapi Sikap Permusuhan
Nabi Nuh as tahu bahwa kaumnya akan memusuhi dirinya karena peringatan yang beliau sampaikan. Ini adalah kecerdasan lain yang dimiliki Nabi Nuh as. Permusuhan kaum Nuh pun bukan main-main. Sikap permusuhan itu sungguh nyata dan serius,
* Mereka berkata, "Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam."
(QS Asy-Syu'ara 116).
Kita semua tahu bahwa Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun. Bayangkan apa jadinya jika Nabi Nuh as tidak cakap dalam menghadapi sikap permusuhan dari kaumnya?
Ketika permusuhan kaum Nuh terhadap beliau sudah tak bisa diredam dan dikhawatirkan akan membahayakan orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Nuh as, maka dengan kecerdasan dalam menghadapi sikap permusuhan, beliau menyerahkan urusan kaumnya kepada Allah Swt,
* Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).
* Maka dia mengadu kepada Tuhannya, "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)."
(QS Al-Qamar 9-10).
Kemudian Allah Swt pun memerintahkan Nabi Nuh as untuk membuat bahtera,
* Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku."
* Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."
(QS Al-Mu'minun 26-27).
Uraian di atas menunjukkan bahwa meskipun kasih sayang Nabi Nuh as begitu besar kepada kaumnya, namun ketika sikap permusuhan dari kaumnya sudah membahayakan keselamatan beliau dan para pengikutnya, beliau memutuskan untuk memohon perlindungan kepada Allah Swt. Nabi Nuh as mempertimbangkan keselamatan para pengikutnya dan kelestarian alam semesta. Untuk itu sudah saatnya kaum yang mendustai Nabi Nuh as diberikan hukuman yang setimpal atas kezaliman dan kerusakan yang mereka lakukan selama ratusan tahun. Nabi Nuh as mampu melihat secara jernih jalan kebenaran sehingga mengikhlaskan apapun yang tidak sejalan dan bahkan memusuhi jalan kebenaran.
Demikianlah beberapa kecerdasan yang dimiliki Nabi Nuh as sebagai seorang pemberi peringatan. Mudah-mudahan kita mampu meneladani kecerdasan beliau untuk menyuarakan kebenaran dengan penuh kasih sayang.
Aamiin...
Menyuarakan kebenaran dengan penuh kasih sayang..
BalasHapusDi tunggu kisah nabi selanjutnya bang :D
Bisa jadi referensi cerita nabi :)
BalasHapus