Masih segar dalam ingatan peristiwa penembakan yang terjadi di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo, 7 Januari 2015 silam. Kejadian yang menggemparkan dunia dan Indonesia. Sebelumnya, majalah Charlie Hebdo, memang dikenal dengan karya-karya satire yang menyerang gerakan kanan, agama, politik dan budaya.
Saya sendiri amat terganggu dengan karikatur-karikatur majalah Charlie Hebdo yang menghina Rasulullah saw. Saya juga sedih karena tidak mampu berbuat banyak untuk membela Rasulullah. Sedih. Selain itu, saya merasakan kalau Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, seakan santai-santai saja setiap ada isu-isu yang menyudutkan Islam. Memang, beberapa kelompok-kelompok aktifis Muslim tak hentinya membela agama Islam. Namun, secara umum, Indonesia seolah tak punya kekuatan untuk sekedar bersuara.
Untuk itu, lewat tulisan ini, saya ingin mencoba mengurai kenapa Indonesia terlihat lemah di mata dunia. Setidaknya ada 2 persoalan yang menjadi akar permasalahan di Indonesia. Keduanya adalah faktor pemimpin dan ekonomi;
A. Pemimpin
Agar pemerintahan sebuah negara dapat berjalan dengan semestinya, tentunya harus memiliki pemimpin yang kuat dan berkarakter. Dalam agama Islam, metode pemilihan pemimpin bukanlah berdasarkan suara terbanyak. Untuk menjadi pemimpin suatu kaum, syaratnya adalah;
1. Orang yang paling menguasai bacaan Kitab Allah (Al Qur’an). Jika sama kualitasnya, maka
2. Orang yang paling paham tentang sunnah Nabi (hadits). Jika masih sama, maka
3. Orang yang paling dahulu hijrah.Jika mereka dalam masalah hijrah sama, maka
4. Orang yang lebih dahulu masuk Islam (HR. Muslim no. 673).
Begitulah syarat yang benar untuk menunjuk seorang pemimpin. Perhatikan kata-kata dalam syarat nomor 1 dan 2. Menguasai Al-Qur'an dan memahami Sunnah Rasulullah saw. Jadi disini, bukan sekedar hafal saja, namun mampu mengaplikasikan ilmu agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tercerminlah akhlak Qur'ani darinya. Jika pemimpin telah dipilih secara tepat, tentu kebijakan-kebijakan yang ditetapkan akan bermanfaa bagi umat.
B. Ekonomi
Selain pemimpin yang tepat, faktor ekonomi juga sangat fundamental bagi kekuatan sebuah negara. Lalu, apakah seorang pemimpin haruslah kaya raya? Bukan, bukan seperti itu. Bukan sekedar kaya saja, namun yang lebih utama ialah keberkahan kekayaan dari Allah Swt. Indonesia disebut-sebut sebagai negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, mengapa masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan? Saya melihat ada persoalan serius tentang kegiatan ekonomi di negara ini. Coba perhatikan terjemahan ayat dalam Al-Qur'an berikut ini,
... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.. (QS. Al-Baqarah: 275).
Secara umum, riba berarti tambahan. Wujud nyatanya bisa berupa bunga pinjaman, bunga dalam transaksi jual beli, dsb. Terang saja, Indonesia tak bisa mandiri secara finansial. Tengoklah berapa besarnya hutang negara, lebih parah lagi hutang tersebut disertai bunga alias mengandung riba.
Jika dari pucuk pemerintahan sudah bergelut dengan riba, rakyat-rakyat pun juga kian akrab dengan transaksi ribawi. Kini dengan mudahnya orang bisa berhutang kepada bank, membeli rumah dan kendaraan secara kredit, menggunakan jasa kartu kredit, dsb, yang itu semua mayoritas bersentuhan dengan riba.
Lalu, bagaimana Indonesia mampu berkekuatan ekonomi yang hebat jika yang dilakukan adalah yang jelas-jelas diharamkan Allah? Padahal kita semua tak bisa lepas dari kegiatan jual beli atau perdagangan. Jika riba mampu melumpuhkan kekuatan Indonesia, apa jadinya jika dalam keseharian kita berkutat dengan riba?
Kedua faktor di atas tentu sangat berkaitan erat. Jika pemimpin dipilih dengan cara yang benar menurut Islam, tentu beliau akan mampu menegakkan perekonomian yang berbasis Islam. Lalu jika kekayaan suatu kaum didapatkan lewat cara yang halal, tentu akan mampu menciptakan generasi yang diberkahi Allah.
Kabar baiknya, kini kian banyak pihak yang peduli dengan Indonesia. Mereka berjama'ah menggalang gerakan mengenalkan Al-Qur'an sejak dini kepada generasi penerus bangsa. Kemudian para pelaku ekonomi juga mulai serius berkomitmen menjalankan roda perekonomian secara halal, bebas riba. Muncul rasa optimis dalam diri saya akan kebangkitan Indonesia.
Kita sebagai generasi muda selayaknya turut berperan aktif dalam usaha memajukan Indonesia sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah. Karena dengan berpedoman kepada keduanya, Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw, kita tidak akan tersesat selamanya.
Mari rapatkan barisan dan bersiaplah menyambut kemenangan!!!
Cerdas bang!
BalasHapusBagus, hadis di atas lebih dikaji dlm prspektif prkembangan zaman n situasi,
BalasHapusMenilik indonesia sbgai negara pancasila, agak susah memang mnjdikan kriteria metode pemilihan pemimpin sprti yg abang kutip tesebut.
Hebat, mari terus berdakwah bang.