Senin, 16 Maret 2015

Bidadariku

Dialah ibuku. Ibuku adalah orang yang selalu yakin dengan kemampuanku. Ibu tak pernah kehabisan tenaga untuk mendorongku. Apapun akan beliau lakukan untuk memahami jalan pikiranku. Ibu tak pernah mencela ide-ideku. Jika menurut ibu, ideku kurang baik, beliau utarakan keberatannya di lain waktu.

Ibuku berhati sangat luas. Aku paham benar bagaimana ibu melewati hari-harinya. Menghadapi adik-adik perempuanku yang sedang dalam masa mencari jati dirinya, beliau tetap sabar. Aku tak ingin menambah beban pikiran bagi beliau. Dalam keadaan terdesakpun, beliau belum akan meminta bantuan orang lain. Beliau akan mencoba menyelesaikan sendiri dulu masalah yang dihadapinya. Sehingga, apabila ibu sudah menceritakan masalah beliau, tandanya aku harus maju untuk menyelesaikannya.

Belum banyak kebahagiaan yang aku persembahkan kepada ibu. Namun aku tahu persis, setiap aku bercerita tentang wanita yang mulai kusuka, ibu ikut berbinar matanya, bahagia. "Ayo, Nak! Jangan kecil hati!", begitulah spirit beliau mengetahui anak lelakinya yang suka minder bila berurusan dengan wanita pujaan hati. Ibu selalu menanyakan kembali, jika aku tak lagi bercerita tentang wanita yang kusuka. Beliau selalu mencoba memahami jalan pikiranku, lagi.

Ibuku adalah bidadari pertamaku. Dari beliau, aku belajar kebijaksanaan, pengertian, perjuangan, perhatian, rendah hati, ikhlas, tegar dan banyak lagi. Ibu adalah pendukungku yang tak pernah kehilangan kepercayaan terhadapku.

Ibu, maafkan aku, aku belum bisa selalu membahagiakan ibu..
Ibu, terima kasih, demi kebahagiaanku, ibu selalu ada untukku..
Ya Allah, tolong jagalah selalu ibuku. Hanya Engkaulah yang Mahakuasa..

4 komentar: