Rabu, 18 Maret 2015

Lebih Ringan

Ketika kita tertimpa suatu musibah dan berkeinginan mengenyahkannya, cobalah untuk membayangkan musibah yang lebih berat darinya. Jika kita melakukannya, musibah kita pasti akan terasa lebih ringan. Cobalah juga untuk mengingat-ingat balasan pahala dan membayangkan terjadinya musibah yang lebih besar lagi. Bila kita pun melakukannya, kita pasti akan merasa beruntung, sebab kita hanya ditimpa musibah yang tengah menimpa kita itu.

Cobalah juga merenungi kecepatan berlalunya suatu musibah. Sebab, kalau bukan karena kepedihan pada saat-saat yang menyedihkan, tentu saat-saat kebahagiaan tak akan pernah diharapkan. Kita juga sebaiknya memahami bahwa waktu menetapnya musibah yang menimpa kita, sama dengan waktu berkunjung seorang tamu. Kita akan menyadari bahwa waktu berkunjung tamu sangatlah cepat berlalu.

Dikala musibah tengah menimpa, kita harus senantiasa mengontrol hati dan menjaga lisan, agar hati tak menyimpan perasaan gundah dan lisan tak mengeluarkan kata-kata yang buruk. Jika kita mampu melakukannya ketika tertimpa musibah, tentu kita akan melihat fajar pahala akan segera terbit. Malam musibah akan secepatnya berlalu dan kegelapan akan segera kita lalui. Disaat mentari pahala mulai menyingsing, maka kita telah sampai pada peraduan kedamaian.

6 komentar:

  1. Adem baca artikelnya. Kurang masukin dalilnya saja nih. Jazakalloh khoir sudah mengingatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa iyyaka kang Aid..
      Jazakallah khair kritikannya :)

      Hapus
  2. Penanganan dua perkara orang beriman, jika ditimpa musibah, dia bersyukur. Jika diberikan kenikmatan, dia bersabar.

    Bagus, Qy. Menguatkam kembali nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa saling menguatkan yaa, Hel :)

      Hapus
  3. Musibah ajang koreksi diri pun :)) sudah benarah takwa kita pada-Nya?? :)

    BalasHapus
  4. Wooww, paragraf terakhir keren bgt bahasanyaa :) ngena,mas :D

    BalasHapus