* ..Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).
(QS Fatir: 28).
Puncak dari ilmu adalah rasa khasyah, atau rasa takut kepada Allah. Beberapa gambaran tentang rasa takut kepada Allah bisa kita saksikan dalam kisah-kisah berikut;
(*) Abdullah bin Umar bin Khattab ra (Sahabat, Madinah)
Beliau pernah meminum air yang dingin lalu menangis hingga keras. Ketika beliau ditanya kenapa, beliau menjawab, "Saya teringat sebuah ayat dalam kitab Allah:
Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini.. (QS Saba': 54),
Sehingga saya menjai tahu bahwa penghuni neraka tidak berhasrat terhadap sesuatu pun melebihi keinginan mereka untuk meminum air."
(*) Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib rh (Tabi'in, Madinah)
Apabila berwudhu, wajah Ali bin Husain rh nampak memucat, lalu keluarganya bertanya, "Mengapa wajahmu memucat setiap kali berwudhu?"
Beliau menjawab, "Apakah kalian tahu di hadapan siapa aku akan berdiri?"
(*) Wuhaib bin Ward bin Abul Ward rh (Tabi'ul Atba', Mekah)
Wuhaib rh berkata, "Sungguh mengherankan keadaan orang yang berilmu, bagaimana mungkin kegelisahan dalam hatinya membiarkannya untuk tertawa ria, padahal dia tahu bahwa pada hari kiamat kelak dia akan menghadapi berbagai guncangan, kepanikan dan ketakutan?"
Kemudian beliau pingsan.
(*) Hasan bin Abu Hasan Al-Bashri rh (Tabi'in, Bashrah)
Ketika beliau berada di masjid, beliau menarik nafas dengan berat lalu menangis sehingga pundaknya gemetar, kemudian beliau berkata,
"Seandainya di dalam hati itu ada secercah kehidupan, kalau saja di dalam hati ada kebaikan, niscaya sebuah malam yang pagi harinya adalah hari kiamat akan membuat kalian menangis. Seluruh makhluk belum pernah mendengar aib yang nampak dan air mata yang berlinangan melebihi apa yang mereka dengar dan saksikan pada hari kiamat."
(*) Abu Imran Al-Jauni rh (Setelah Tabi'ul Atba', Bashrah)
Abu Imran Al-Jauni rh langsung berubah raut mukanya dan berlinang air matanya jika mendengarkan adzan.
(*) Malik bin Dinar rh (Tabi'in, Bashrah)
Malik bin Dinar rh berkata, "Mengherankan sekali orang yang tahu bahwa kematian adalah kepastian dan kuburan adalah tempat kembalinya, bisa tenang dengan dunia. Bagaimana mungkin hidupnya bisa senang?"
Lalu beliau menangis hingga pingsan.
(*) Atha' As-Sulaimi rh (Tabi'in, Bashrah)
Bisyr bin Manshur bertanya kepada Atha' As-Sulaimi rh, "Wahai Atha' kenapa Anda sedih?"
Beliau menjawab, "Celaka kamu, kematian berada pada tengkukku, kuburan adalah rumahku, kiamat adalah tempat pemberhentianku, jembatan Jahannam adalah jalanku, sedangkan aku tidak tahu apa yang akan Allah lakukan terhadapku."
Lalu beliau menghela nafas, kemudian pingsan.
(*) Syumaith bin Ajlan rh (Tabi'in, Bashrah)
Syumaith rh berkata, "Barangsiapa yang menjadikan kematian berada di pelupuk matanya, dia tidak akan peduli dengan kesempitan dunia maupun kelapangannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar