Sesuatu yang halal, namun dikonsumsi secara berlebihan, maka akan menjadi sumber penyakit bagi kita dalam menempuh jalan ibadah. Berikut ini beberapa macam penyakit yang diakibatkannya;
1. Hati menjadi keras dan kehilangan cahaya.
Rasulullah saw. bersabda,
"Jangan kalian mematikan hati dengan memperbanyak makan dan minum. Sebab, hati itu akan mati seperti tanaman apabila kebanyakan disiram air."
Orang-orang yang saleh telah membuat perumpamaan, bahwa perut itu laksana periuk yang mendidih di bawah hati. Asapnya naik ke hati dan semakin lama semakin bertambah banyak, hingga membuat hati menjadi buram dan panas.
2. Mendorong anggota tubuh lainnya cenderung pada perbuatan yang tidak baik.
Al-Ustadz Abu Ja'far mengatakan,
"Perut itu adalah anggota tubuh yang apabila lapar, maka semua anggota tubuh lainnya menjadi kenyang, yakni menjadi tenang. Maka ia tidak akan menuntutmu dengan sesuatu. Dan jika ia kenyang, maka semua anggota tubuh lainnya menjadi lapar dan mendorong pada perbuatan dosa."
Perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan seseorang itu bergantung pada apa yang dimakan dan diminumnya. Seakan-akan makanan itu adalah benih dari berbagai bentuk perbuatan.
3. Berkurangnya pemahaman dan ilmu.
Ad-Darani mengatakan,
"Apabila engkau menginginkan suatu kebutuhan dunia dan akhirat, maka jagalah makanan yang masuk ke dalam perutmu, sehingga engkau bisa mendapatkannya. Sebab, makanan itu mengubah keadaan akal. Dan ini adalah perkara nyata yang diketahui oleh orang yang berpengalaman di bidangnya."
4. Mengurangi keinginan untuk beribadah.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi Yahya as. melihat iblis menampakkan diri dengan membawa beberapa jala. Kemudian Nabi Yahya as. bertanya, "Apa itu?"
Iblis menjawab, "Ini adalah keinginan-keinginan nafsu yang dengannya aku memburu anak Adam."
Nabi Yahya as. bertanya kembali, "Apakah ada jala itu dalam diriku?"
Iblis menjawab, "Tidak, hanya saja pada suatu malam engkau berada dalam kondisi kenyang, lalu aku membuatmu berat mengerjakan shalat."
Nabi Yahya as. berkata, "Betul dan mulai saat itu aku tak mau lagi berada dalam kondisi kenyang selama-lamanya."
Iblis berkata lagi, "Tentu. Dan aku tidak akan memberitahu rahasia ini kepada siapapun, selamanya."
Sufyan ats-Tsauri berkata,
"Ibadah itu ibarat sebuah pekerjaan. Tempatnya bekerja adalah berkhalwat (dengan Allah), sedang alatnya untuk bekerja adalah lapar."
5. Sulit merasakan manisnya ibadah. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. berkata,
"Aku tidak pernah kenyang semenjak aku masuk Islam, agar aku mendapatkan manisnya beribadah kepada Tuhanku. Dan aku tidak pernah menghilangkan dahaga semenjak aku masuk Islam, agar aku rindu bertemu dengan Tuhanku."
6. Menjerumuskan pada perkara yang syubhat dan haram. Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya yang halal itu akan datang kepadamu dalam jumlah minimal yang diperlukan. Sedang yang haram itu datang kepadamu secara melimpah."
7. Pahala terancam berkurang di akhirat. Allah Ta'ala berfirman dalam surat al-Ahqaf ayat 20,
"Kalian telah menghabiskan rezeki yang baik dalam kehidupan duniawi kalian saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kalian telah berbuat fasik."
Apabila kita banyak mereguk kenikmatan dunia, maka kenikmatan akhirat kita akan berkurang.
Suatu ketika, Allah menawarkan dunia kepada Nabi Muhammad saw., Allah berfirman kepada beliau, "Dan Aku (Allah) tidak akan mengurangi dari bagian akhiratmu sedikit pun." Hal ini menunjukkan bahwa bagi selain Nabi saw., akan dikurangi bagian akhiratnya apabila kita banyak mereguk kenikmatan duniawi.
Telah diriwayatkan pula, bahwa Khalid bin Walid ra. mengundang Umar bin Khaththab ra. dan menyiapkan makanan untuk Umar. Maka Umar bertanya, "Ini untuk kami, lalu mana untuk para fakir miskin yang ikut berhijrah? Mereka itu meninggal dan belum sempat kenyang dengan roti dari gandum."
Khalid menjawab, "Mereka itu mendapatkan surga, wahai Amirul Mukminin!"
Umar lalu menukas, "Jika mereka mendapatkan surga dan ini bagian dunia kita, maka sungguh keadaan mereka sangat berbeda dengan kita."
Demikianlah, orang-orang saleh terdahulu telah mengajarkan sikap kesederhanaan dalam menikmati rezeki dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar