Rabu, 20 Mei 2015

Engkau Akan Sampai



“Jika tidak tergesa-gesa, engkau akan sampai.” Ini adalah sebuah perumpamaan yang cukup populer di telinga kita. Kurang lebih maksud dari perumpaan itu ialah, apabila kita berhati-hati dalam mencapai sesuatu, tentu kita akan selamat sampai tujuan.

Tergesa-gesa adalah melakukan sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Hendaknya sebagai seorang Muslim, kita senantiasa melakukan sesuatu dengan sabar dan penuh pertimbangan terkait manfaat dan kerugian dari sebuah perbuatan.

Tergesa-gesa dalam berbuat kebaikan dapat menjauhkan kita dari tujuan yang hendak dicapai. Tak jarang malah menjerumuskan kita kepada tindak kemaksiatan. Sifat tergesa-gesa atau terburu-buru ini berpotensi menyebabkan sekurang-kurangnya 4 macam penyakit:

1. Gagal dalam beristiqomah
 Saat mengerjakan suatu ibadah dengan maksud untuk mencapai kedudukan istiqomah, tapi bila dilakukan secara tergesa-gesa, akan melemahkan kekuatan seorang hamba. Ketergesaannya telah menguras kemauan kuatnya untuk istiqomah dalam beribadah. Sehingga hamba tersebut gagal mencapai tujuan untuk beristiqomah dalam beribadah. Sikap tergesa-gesa ini dapat mengakibatkan keadaan yang terkadang berlebihan atau terlalu longgar dalam beribadah. 

Rasulullah saw. bersabda,

“Sesungguhnya agama kita ini kokoh. Maka, masukilah ia dengan lembut. Sebab, tumbuhan itu todak menyisakan tempat yang keras (melainkan ditumbuhinya).”

2. Semakin jauh dari tujuan
 Ketika seorang hamba memiliki keperluan, kemudian ia berdoa kepada Allah Ta’ala untuk bisa mendapatkannya. Ia memperbanyak doanya serta bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar doanya dikabulkan sesegera mungkin. Lalu, hamba itu pun menyangka bahwa Allah pasti akan segera mengabulkan permohonannya. Hingga ketika Allah tidak mengabulkan doanya pada saat itu juga, hamba tersebut langsung lemah semangat dan putus asa. Yang terjadi selanjutnya dalah ia justru akan semakin jauh dari tujuan yang ingin dicapainya semula.

3. Melampaui batas
Suatu saat, seorang penempuh jalan agama diuji dengan kezaliman dari orang lain. Hamba tersebut pun marah karena kezaliman yang diterimanya. Lalu, dengan tergesa-gesa ia mendoakan orang itu agar mendapatkan celaka. Pada saat seperti itulah seorang Muslim bisa dikatakn telah melampaui batas. Selanjutnya jika ia terus lalai, maka hamba tersebut akan jatuh kepada kemaksiatan dan kebinasaan.
Allah Ta’ala berfirman dalam suarat Al-Isra’ ayat 11,
“Dan manusia berdoa untuk kejahatan, sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa.”

4. Tidak memiliki sikap wara’
Dasar ibadah adalah wara’ dan dasar sikap wara’ adlaah memperhatikan secara teliti segala hal. Misalnya terhadap makanan, minuman, berbicara dan melakukan sesuatu. Orang seperti ini akan rusak sikap wara’nya. Karena ketergesaannya akan membuatnya terburu-buru dalam berbagai perkara dan tidak meneliti lebih dahulu secara seksama, berbicara apa saja hingga ia mengalami kesalahan, terburu-buru makan sampai jatuh pada apa yang diharamkan atau yang berstatus syubhat.

Tak ada ibadah tanpa sikap wara’. Maka, wajib bagi seorang hamba untuk mengobati dan melenyapkan penyakit suka terburu-buru ini. Hal ini dikarenakan dampak dari sikap terburu-buru, tidak hanya mengancam pelakunya, namun juga membahyakan bagi Muslim lainnya.

Untuk menciptakan kehati-hatian dalam hati kita, maka penting bagi kita untuk selalu mengingat akan bahaya dari suatu perbuatan yang kita lakukan. Selain itu, hendaknya kita juga mengingat keselamatan yang dijanjikan apabila kita membiasakan diri untuk berpikir sebelum bertindak. Sikap-sikap tersebut merupakan pendorong bagi kita untuk senantiasa cermat dan mampu mencegah kita dari sikap tergesa-gesa yang menjerumuskan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar