“Jika tidak tergesa-gesa, engkau akan sampai.” Ini adalah sebuah
perumpamaan yang cukup populer di telinga kita. Kurang lebih maksud dari
perumpaan itu ialah, apabila kita berhati-hati dalam mencapai sesuatu, tentu
kita akan selamat sampai tujuan.
Tergesa-gesa adalah melakukan sesuatu tanpa memikirkannya
terlebih dahulu. Hendaknya sebagai seorang Muslim, kita senantiasa melakukan
sesuatu dengan sabar dan penuh pertimbangan terkait manfaat dan kerugian dari
sebuah perbuatan.
Tergesa-gesa dalam berbuat kebaikan dapat menjauhkan kita
dari tujuan yang hendak dicapai. Tak jarang malah menjerumuskan kita kepada
tindak kemaksiatan. Sifat tergesa-gesa atau terburu-buru ini berpotensi
menyebabkan sekurang-kurangnya 4 macam penyakit:
1. Gagal dalam beristiqomah
Saat mengerjakan suatu ibadah dengan maksud untuk
mencapai kedudukan istiqomah, tapi
bila dilakukan secara tergesa-gesa, akan melemahkan kekuatan seorang hamba. Ketergesaannya
telah menguras kemauan kuatnya untuk istiqomah dalam beribadah. Sehingga hamba
tersebut gagal mencapai tujuan untuk beristiqomah dalam beribadah. Sikap tergesa-gesa
ini dapat mengakibatkan keadaan yang terkadang berlebihan atau terlalu longgar
dalam beribadah.
Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya agama
kita ini kokoh. Maka, masukilah ia dengan lembut. Sebab, tumbuhan itu todak
menyisakan tempat yang keras (melainkan ditumbuhinya).”
2. Semakin jauh dari tujuan
Ketika seorang hamba memiliki keperluan, kemudian
ia berdoa kepada Allah Ta’ala untuk bisa mendapatkannya. Ia memperbanyak doanya
serta bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar doanya dikabulkan sesegera
mungkin. Lalu, hamba itu pun menyangka bahwa Allah pasti akan segera
mengabulkan permohonannya. Hingga ketika Allah tidak mengabulkan doanya pada
saat itu juga, hamba tersebut langsung lemah semangat dan putus asa. Yang terjadi
selanjutnya dalah ia justru akan semakin jauh dari tujuan yang ingin dicapainya
semula.
3. Melampaui batas
Suatu saat, seorang penempuh jalan agama diuji
dengan kezaliman dari orang lain. Hamba tersebut pun marah karena kezaliman
yang diterimanya. Lalu, dengan tergesa-gesa ia mendoakan orang itu agar
mendapatkan celaka. Pada saat seperti itulah seorang Muslim bisa dikatakn telah
melampaui batas. Selanjutnya jika ia terus lalai, maka hamba tersebut akan
jatuh kepada kemaksiatan dan kebinasaan.
Allah Ta’ala berfirman dalam suarat Al-Isra’ ayat
11,
“Dan manusia berdoa
untuk kejahatan, sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia itu bersifat
tergesa-gesa.”
4. Tidak memiliki sikap wara’
Dasar ibadah adalah wara’ dan dasar sikap wara’
adlaah memperhatikan secara teliti segala hal. Misalnya terhadap makanan,
minuman, berbicara dan melakukan sesuatu. Orang seperti ini akan rusak sikap
wara’nya. Karena ketergesaannya akan membuatnya terburu-buru dalam berbagai
perkara dan tidak meneliti lebih dahulu secara seksama, berbicara apa saja
hingga ia mengalami kesalahan, terburu-buru makan sampai jatuh pada apa yang
diharamkan atau yang berstatus syubhat.
Tak ada ibadah tanpa sikap wara’. Maka, wajib
bagi seorang hamba untuk mengobati dan melenyapkan penyakit suka terburu-buru
ini. Hal ini dikarenakan dampak dari sikap terburu-buru, tidak hanya mengancam
pelakunya, namun juga membahyakan bagi Muslim lainnya.
Untuk menciptakan kehati-hatian dalam hati kita,
maka penting bagi kita untuk selalu mengingat akan bahaya dari suatu perbuatan
yang kita lakukan. Selain itu, hendaknya kita juga mengingat keselamatan yang
dijanjikan apabila kita membiasakan diri untuk berpikir sebelum bertindak. Sikap-sikap
tersebut merupakan pendorong bagi kita untuk senantiasa cermat dan mampu
mencegah kita dari sikap tergesa-gesa yang menjerumuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar