Dikisahkan, seorang pemuda yang tengah berbelanja kebutuhan hidupnya untuk sebulan ke depan. Sesampainya di pasar, ia menyusuri lapak-lapak pedagang sambil bergumam,
"Apa yang akan aku makan nanti?"
"Apa yang akan aku minum nanti?"
"Pakaian apa yang akan aku pakai nanti?"
"Bagaimana menghadapi musim dingin yang datang sebentar lagi?"
"Bagaimana menghadapi musim panas yang akan datang kemudian?"
Berbagai macam pertanyaan yang lain berkecamuk di dalam benak pemuda tersebut. Hingga ia terjebak di dalam pasar bersama kebingungan yang tak berujung.
Nabi Muhammad saw. pernah bersabda tentang sahabat muda kala itu, Usamah bin Zaid,
"Tidakkah kalian heran dengan Usamah yang membeli gandum untuk keperluan sebulan? Sungguh, Usamah itu panjang angannya. Demi Allah, tidaklah aku meletakkan kaki, lalu aku mengira akan mengangkatnya, tidak satu suapan kemudian aku mengira akan mengunyahnya, sehingga tiba-tiba maut menjumpaiku. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya yang dijanjikan kepada kalian itu benar-benar akan datang. Sedangkan kalian tidak dapat berlepas diri darinya."
Dalam riwayat tersebut, Rasulullah saw. berpesan kepada kita semua agar tidak memanjangkan angan-angan.
Panjang angan-angan adalah penghalang atas segala bentuk kebaikan dan ketaatan, juga mendatangkan keburukan dan godaan. Setidaknya, ada 4 hal yang bisa disebabkan karena panjang angan-angan;
1. Malas beribadah
Dalam hati si panjang angan-angan akan terbersit, "Aku akan melakukan ibadah nanti. Waktuku masih panjang."
Yahya bin Mu'adz rh. mengatakan,
"Panjang angan itu penghalang bagi setiap kebaikan, sedang tamak mencegah setiap kebenaran. Kesabaran membawa kepada kemenangan dan nafsu mengajak kepada setiap keburukan."
2. Menunda-nunda taubat
Nafsu si panjang angan-angan berkata, "Aku akan bertaubat nanti, waktunya masih lama. Aku masih muda dan pintu taubat itu masih terbuka."
Kembali, Yahya bin Mu'adz berkata,
"Yang menghalangi manusia untuk bertaubat adalah panjang angan-angan."
Si panjang angan-angan lupa bahwa ajalnya akan tiba pada saat yang tidak terduga, sehingga ia meninggal dunia sebelum sempat bertaubat kepada-Nya.
3. Cinta harta dunia
Si panjang angan-angan akan berkata, "Aku takut miskin di masa tuaku, di saat aku sudah tak sanggup lagi berusaha. Maka aku harus mendapatkan harta banyak sekarang yang dapat aku simpan untuk berjaga-jaga kalau aku sakit, tua atau jatuh miskin."
Abu Dzar Al-Ghiffari ra. mengungkapkan,
"Sesungguhnya angan-anganku melampaui batas ajalku."
Angan-angan yang panjang akan mendorong kita untuk makin mencintai dunia dan mengumpulkan kekayaan darinya. Sehingga kita lalai untuk memanfaatkan waktu dan umur kita bagi kepentingan akhirat yang abadi.
4. Mengeraskan hati
Panjang angan-angan membuat kita lalai terhadap kematian di dunia dan kehidupan akhirat.
Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan,
"Sesungguhnya yang paling aku takuti terhadap kalian itu ada dua. Yaitu, panjang angan dan mengikuti hawa nafsu. Ketahuilah, bahwa panjang angan itu menyebabkan lupa kepada akhirat, sedangkan mengikuti hawa nafsu itu menghalangi kita dari melihat kebenaran."
Kelembutan hati itu, antara lain diperoleh dari mengingat kematian di dunia dan kehidupan di akhirat. Sedangkan, jika melalaikan keduanya, maka hati akan mengeras.
Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 16,
"Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras."
Jadi, panjang angan-angan membuat si pelaku berkurang ketaatannya kepada Allah, menunda pertaubatannya, semakin banyak bermaksiat, ambisi semakin kuat, hati mengeras dan lalai dari akhirat.
Betapa sangat bahayanya panjang angan-angan. Untuk itu, pendekkanlah angan-angan kita. Kemudian kita patut mengambil pelajaran dari kematian saudara-saudara kita yang mendatangi mereka tanpa terduga.
Auf bin Abdullah rh. berkata,
"Berapa banyak orang yang memasuki suatu hari, namun tidak dapat menyelesaikan hari itu? Dan berapa banyak orang yang menanti hari esok, namun tidak dapat menjumpainya? Sekiranya engkau mengetahui ajal itu dan perjalanannya, maka tentu engkau benci berpanjang angan dan mengikuti tipuan dunia."
Sebuah pesan bijaksana dari Nabi Isa as.,
"Dunia itu ada 3 hari. Yakni, (1) hari kemarin yang telah berlalu, yang tidak dapat engkau raih kembali. (2) Hari esok yang engkau tidak tahu, apakah bisa engkau akan menjumpainya atau tidak? (3) Hari ini, hari yang engkau masih miliki, maka manfaatkanlah ia dengan baik."
Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq-Nya kepada kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar