Jumat, 08 Mei 2015

Menjaga Lisan

Hendaknya kita senantiasa menjaga lisan, mengekang dan mengendalikannya. Sebab ia adalah anggota tubuh yang paling sulit untuk dikendalikan.

Abu Hazim Salamah bin Dinar rh berkata, "Hendaknya seorang mukmin itu lebih berhati-hati dalam menjaga lisannya daripada kehati-hatiannya dalam melangkahkan kedua telapak kakinya."

Urwah bin Zubair rh berkata, "Betapa banyak aku menahan diri untuk mengucapkan sebuah kalimat yang hina, kemudian hal itu mewariskan kemuliaan yang berkepanjangan."

Abdullah bin Mas'ud rh berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia, tidak ada sesuatu di atas muka bumi yang lebih perlu untuk lama dipenjara daripada lisan."

Menurut sebuah riwayat, Sufyan bin Abdullah pernah bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, apa yang paling engkau takuti terjadi pada diriku?"

Rasulullah menjawab sambil memegang lidahnya, "Ini!"

Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dan sekuat tenaga menjaga lisan kita.

Berikutnya, ada 5 prinsip dasar menjaga lisan:

Pertama, seperti diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri ra, "Apabila anak Adam (manusia) itu telah bangun di pagi hari, semua anggota tubuhnya memberi peringatan kepada lidah."

"Kami menyerukan kepadamu dengan nama Allah Ta'ala, agar engkau bersikap baik! Sebab, jika engkau bersikap baik, maka kami akan ikut baik pula. Akan tetapi, jika engkau melenceng, maka kami pun ikut melenceng bersamamu."

Maksudnya, ucapan lidah atau lisan itu mempengaruhi anggota-anggota tubuh manusia lainnya, apakah akan mendapatkan taufiq atau kesesatan.

Makna ini diperkuat oleh apa yang dikisahkan dari Malik bin Dinar rh, bahwa ia berkata, "Apabila engkau melihat hatimu mengeras dan tubuhmu melemah, serta merasa rezekimu menyempit, maka ketahuilah, bahwa sungguh engkau telah mengucapkan sesuatu yang tidak berguna bagi dirimu."

Kedua, menjaga waktu kita. Waktu itu sangat berharga, tapi kita umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk membicarakan hal yang kurang bermanfaat. Semestinya kita lebih banyak menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah Ta'ala.

Ketiga, menjaga lisan berarti menjaga amal saleh. Jika seorang hamba tak mampu menjaga lidah dan banyak berbicara, maka mau tidak mau ia akan terjerumus membicarakan keburukan orang lain atau ghibah.

Seorang bijak mengatakan, "Perumpamaan orang yang berbuat ghibah adalah bagaikan orang yang mendirikan senjata pelontar, kemudian dengan alat itu ia melontarkan kebaikan-kebaikan yang ia miliki ke arah timur, barat, kanan dan kiri."

Dalam sebuah riwayat, dituturkan bahwa pernah seseorang berkata kepada Hasan al-Bashri rh, "Wahai Abu Said, si fulan telah menceritakan keburukanmu."

Maka Abu Said (Hasan al-Bashri) segera mengirim satu nampan kurma kepada orang yang telah membicarakan keburukannya itu. Ia juga berpesan pada orang itu, "Aku telah mendengar, bahwa engkau telah menghadiahkan kebaikan-kebaikanmu kepadaku, jadi aku senang membalas budi baikmu itu."

Keempat, dengan menjaga lisan dari kesalahan, maka seorang hamba akan selamat dari celaka dan kehancuran.

Sufyan ats-Tsauri rh berkata, "Jangan mengucapkan sesuatu dengan lisanmu yang bisa membuat orang lain mematahkan gigi-gigimu."

Ulama yang lain mengatakan, "Jangan engkau melepaskan lidahmu, karena itu akan merusak amal-amalmu."

Abdullah bin Mubarak mengatakan "Ingatlah, jaga lidahmu! Karena lidah itu bisa mempercepat kehancuran manusia. Dan lidah itu cerminan dari hati, yang menunjukkan kualitas akal seorang manusia."

Kelima, kita harus selalu ingat bahwa salah satu hukuman yang dijatuhkan di hari kiamat kelak adalah karena menyalahgunakan lidah. Jadi, hendaknya kita menjaga lidah dari pembicaraan yang diharamkan dan tidak ada gunanya.

Apabila kita berbicara tentang hal-hal yang diharamkan, maka itu akan mengundang azab Allah yang tidak akan sanggup engkau menerimanya.

Rasulullah saw. bersabda, "Pada malam ketika aku diisra'kan, aku melihat di dalam neraka suatu kaum yang memakan bangkai. Kemudian aku bertanya, "Wahai Jibril, siapa mereka itu?""

Jibril menjawab, "Mereka adalah orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah)."

Rasulullah saw. juga telah berpesan kepada Mu'adz bin Jabal ra, "Janganlah engkau mencabik-cabik manusia dengan lidahmu, agar engkau tidak dicabik-cabik oleh anjing neraka."

Abi Qilabah rh berkata, "Bahwa sesungguhnya ghibah itu merusak hati dari menerima petunjuk."

Semoga Allah selalu melindungi kita dari kelalaian menjaga lisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar