Bagi para penempuh jalan ibadah, menjaga perut merupakan hal yang utama. Sebab perut adalah pusat kekuatan tubuh. Di dalamnya tersimpan energi bagi seluruh anggota badan. Baik atau tidaknya ibadah yang kita lakukan, sangat dipengaruhi oleh energi yang kita simpan di dalam perut.
Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kita untuk menjaga perut kita dari makanan dan minuman yang haram maupun syubhat. Bahkan mengonsumsi makanan halal secara berlebihan pun termasuk sifat yang tercela.
Menjaga perut dari barang haram maupun syubhat itu setidaknya harus dilandasi atas 3 perkara;
1. Takut akan ancaman neraka Jahanam. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 10,
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan bara api sepenuh isi perutnya dan mereka akan dimasukkan ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)."
Memakan harta anak yatim secara zalim, jelas-jelas haram. Dan hukuman bagi makanan yang haram adalah neraka. Makanan-makanan haram pun selain diancam dengan azab neraka, ianya tidak akan menghasilkan energi yang positif bagi tubuh kita.
Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih utama bagi- (tempat kembali) nya."
2. Tidak akan memperoleh taufiq Allah dalam beribadah. Sebab, orang yang pantas beribadah kepada-Nya adalah orang yang suci dan telah disucikan.
Kita menggunakan contoh kasus yang sederhana. Allah Ta'ala telah melarang orang yang junub untuk memasuki rumah-Nya dan orang yang berhadats untuk menyentuh kitab-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisa' ayat 43,
"(Jangan pula hampiri masjid) sedang engkau dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga engkau mandi."
Juga dalam surat Al-Waqi'ah ayat 79,
"Tidak menyentuhnya, kecuali hamba-hamba yang disucikan."
Seperti kita ketahui, kondisi junub dan hadats bukanlah haram, melainkan mubah. Lantas bagaimana halnya dengan orang yang dalam perutnya terisi makanan yang haram? Apakah mungkin Allah menerima ibadahnya?
Mu'adz ar-Razi rh. berkata,
"Ketaatan itu disimpan dalam gudang-gudang Allah dan kunci untuk membukanya adalah dengan do'a. Sedangkan gigi-gigi kuncinya adalah rezeki yang diperoleh dengan cara yang halal. Apabila kunci itu tidak memiliki gigi, maka pintu itu tidak akan terbuka. Dan apabila pintu tersebut tidak dapat dibuka, maka bagaimana ia akan sampai kepada ketaatan?"
3. Orang yang memakan makanan haram dan syubhat akan terhalang dari berbuat kebaikan. Apabila kemudian ia melakukan kebaikan, maka itu tertolak dan tidak diterima oleh Allah.
Rasulullah saw. bersabda,
"Berapa banyak orang yang shalat malam, namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya itu, selain kelelahan akibat bergadang. Dan berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu, selain rasa lapar dan dahaga saja."
Abdullah bin Abbas ra. mengatakan,
"Allah tidak menerima shalat seseorang yang dalam perutnya penuh dengan makanan haram."
Semoga kita senantiasa mampu menjaga dan meneliti setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut kita. Tidak hanya sebatas makanannya saja, lebih dari itu, juga bagaimana cara kita mendapatkan makanan dan minuman tersebut pun harus jelas halal dan haramnya.
Hanya Allah pemberi taufiq dan hidayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar