Ali bin Abi Thalib ra. berkata, "Tidak ada kebaikan di dunia kecuali milik salah satu dari dua orang, yaitu orang yang berbuat dosa lalu dia mengiringinya dengan taubat atau orang yang bersegera dalam kebaikan-kebaikan."
Suatu ketika, ada seorang hamba yang tengah lalai dari kewajibannya. Ia banyak menghabiskan malam dan siangnya untuk bermaksiat kepada Allah.
Sesampainya di rumah, sering ia luapkan amarahnya dengan berlaku kasar kepada istri dan anaknya. Dengan penuh kesabaran, istrinya memberikan pengertian kepada anaknya yang masih kecil. Dunia ini seolah begitu sempit di mata hamba itu.
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Penyesalan itu adalah taubat."
Ketika anaknya semakin dewasa, hamba tersebut seolah tersadar. Guratan penyesalan nampak jelas dari raut wajahnya. Ia menyesali apa yang telah dilakukannya selama ini. Selanjutnya, air amarah yang dulu menghiasi wajahnya, berganti dengan air wudhu tanda ketaatan kepada Allah.
Aun bin Abdullah rh. berkata, "Hati orang yang bertaubat ibarat kaca. Semua yang mengenainya akan membekas padanya. Untaian nasehat cepat merasuk ke dalam hati mereka dan hati mereka cepat lunak. Sungguh, betapa banyak orang bertaubat yang digerakkan oleh taubatnya hingga ke surga, sehingga ia menjadi utusannya di sana. Dan duduklah bersama orang-orang yang bertaubat karena rahmat Allah lebih dekat kepada mereka."
Perjalanan hidupnya kemudian banyak dihiasi dengan haru. Langkah kakinya kembali ringan menyongsong adzan. Kehangatannya semakin merekah di tengah-tengah keluarganya. Lebih jauh lagi, ia semakin memberikan manfaat dan mengambil peran dalam setiap kesempatan di lingkungan sekitarnya.
Namun, lingkungan di mana ia berada tak sepenuhnya menerima taubatnya. Sering, ia menyendiri. Meluapkan isak tangis tanda hatinya makin melunak. Hingga, hari yang pasti datang itu pun tiba.
Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw., Allah Ta'ala berfirman, "Sungguh Allah lebih gembira untuk menerima taubat hamba-Nya dikala hamba itu bertaubat kepada-Nya, melebihi dari kegembiraan seseorang di antara kamu sekalian yang berkendaraan di tengah-tengah padang pasir, kemudian hewan yang dikendarainya itu lari meninggalkannya. Padahal di atas punggung hewan itu terdapat makanan dan minuman orang itu. Kemudian ia berputus asa untuk dapat menemukannya kembali. Ia lantas berteduh di bawah pohon dengan membaringkan badannya, sedangkan ia telah benar-benar putus asa untuk dapat menemukan kembali hewan yang dikendarainya itu. Kemudian ia bangkit, tiba-tiba ia menemukan kembali hewan yang dikendarainya itu lengkap dengan bekal yang dibawanya. Kemudian ia segera memegang tali kekangnya seraya berkata karena saking gembiranya, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhan-Mu.' Ia keliru mengucapkan kalimat itu karena saking gembiranya."
Hari itu, rezekinya di dunia telah habis. Hamba itu kembali menghadap Tuhannya. Setelah lelah mencari obat demi kesembuhan penyakitnya. Ia meninggalkan sebait pelajaran berharga bagi keluarga yang ditinggalkannya. Raut wajahnya pun teduh dan tenang.
Rabi' bin Khutsaim rh. pernah berkata kepada para sahabatnya, "Apakah kalian tahu apa itu penyakit, obat dan kesembuhan?"
Mereka menjawab, "Tidak."
Beliau berkata, "Penyakit itu adalah dosa-dosa, obatnya adalah istighfar dan kesembuhannya adalah kamu bertaubat dan tidak mengulangi lagi."
Semoga itulah pertanda Allah menerima taubatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar